Pukul 09.00 pagi
tepat bel istirahat berbunyi, seketika membangunkan lamunanku.
“Kamu mau ikut ke
kantin tidak?” tanya Sonia, sahabatku berambut pirang dengan gigi yang berpagar
itu.
Aku masih diam
dengan wajah tertadah di telapak tangan mungilku.
Sonia lantas
pergi karena tidak mendapatkan respon sedikit pun.
Mengingat tugas
yang mengecam dikepalaku, mencari puisi dan membacakannya di muka kelas. Tak
lama. Chairil Anwar! Penyair yang
sering disebut papa, idola beliau sejak remaja.
Sering bercerita
bahwa ia ingin sekali bertemu idolanya itu. Lelaki kreatif dan penuh makna di
setiap karyanya. Aku terngiang lalu mengingat cerita papa yang sering dilontarkannya.
Bahwa. Penyair
itu, dengan puisi indah “Derai-derai Cemara” dengan puisi bergairah “Aku” itu
bisa menjadikan inspirasi. YA! Sangat menjadikan sebuah inspirasi, dari setiap
katanya memiliki lengkukan makna. Terselip arti besar dan memotivasi dari setiap
kalimatnya.
Meski Laki-laki
tersebut telah tenang di alamnya bersama keindahan surga, tapi ternyata masih
banyak orang yang menyukai karyanya. Bahkan semakin banyak yang mengagumi hasil
ciptanya itu. Istimewa itu sangat sederhana.
Membanggakan
Indonesia di mata dunia dengan hasil pemikirannya yang begitu nyata. Begitu sempurna.
By: Isro' Desiyanti Saputri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar